Short Story

 

On The Way To My Holiday (Prolog) 

By : Gita Akmelia











Hari ini, aku tengah memakai fashion santai untuk berlibur ke suatu negara. Rambutku digerai tanpa memakai aksesoris apapun. Rencananya hari ini aku akan berangkat ke luar negeri melalui penerbangan privasi. Tak ada yang tahu bahwa aku sedang pergi, yah tepatnya kabur karena suatu alasan. Aku berniat meninggalkan agensiku karena masalah yang tidak selesai-selesai. Mereka terus saja menyudutkanku setiap hari. Apa salahnya aku meminta liburan akhir pekan setelah pekerjaan yang begitu padat? Aku sudah berusaha semaksimal mungkin,tapi malah kerabatku yang dilirik. Katanya aku gagal mempertahankan posisi pertama di bulan ini. Dipikirnya aku robot yang terus bekerja untuk banyak orang? You know, membuat lagu, menciptakan musik, serta menjaga performance tetap bagus itu bukanlah hal yang mudah right? Jadi, karena stress dan tekanan dari berbagai agensi entertainment aku memutuskan untuk memiliki 'me time'ku. Maka dari itu, aku mengatur rencana dengan manajer yang satu-satunya kupercayai. Hanya dia yang bisa kuandalkan saat merahasiakan kepergian ini.


Today, aku akan menaiki pesawat korean air jalur pribadi. Sembari menunggu manajer yang membawakan tiket masuk ke rute berikutnya, aku berjongkok dan membenarkan tali sepatu yang terlepas. Kemudian datanglah seseorang yang kutunggu. Dengan wajah serius, bahu badannya yang lebar, ia mendekat kearahku dan membisikkan sesuatu.


Setelah itu ia memberiku tiket tersebut. Ia begitu lama dan membuatku jenuh. Aku takut bila nanti tidak tepat waktu. Bagaimana jika aku tidak mendapat tempat duduk? Aku membatin kesal. Namun, ia hanya tersenyum dan menatapku perhatian.

"Hubungi aku ketika kau akan pulang. Ingat, waktu liburmu hanya 4 hari. Aku hanya bisa mengandalkan agensimu selama hari itu saja okay?" sahutnya dengan tegas

Bisakah waktu liburku ditambah satu atau tiga hari lagi?" Ucapku refleks. 

"Kau gila?" manajer hanya bisa geleng-geleng kepala. Aku langsung tertawa renyah didepannya. Suara dari bilik mikrofon bandara tiba tiba mulai berbunyi. Artinya aku harus bergegas masuk ke rute penerbangan.


Aku pun pamit dan melayangkan kiss bye padanya. Tak lupa berjalan sambil menenteng koper berwarna pink muda yang cukup berat. Jarak kami semakin jauh dan ia pun pergi karena mengejar urusan lain. Kami tahu, bahwa liburan ini sangat singkat dan menegangkan. Meski begitu, ia sangat peduli padaku.


Penerbangan yang menyenangkan ini akan membawaku menuju Negara Kincir Angin. Salah satu tempat yang sudah lama ingin ku kunjungi. Menatap kota-kota klasik penuh aroma kehangatan berbagai alam dan orang-orang disana. Kuharap, batinku terobati setelah berjumpa Belanda.

••••

Sampai bertemu di chapter selanjutnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karakter Remaja Masa Kini